Posted by : Unknown Senin, 08 Juli 2013

Kabupaten Banyuwangi memang tak pernah lepas dari yang namanya Musik. Karena dengan adanya musik di Kabupaten Banyuwangi, kota yang berhasil menjadi sorot mata para pengamat musik itu berhasil melejit lewat berbagai macam hits dan penyanyi.

Dahulu Gamelan di Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling. Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama. (Sumber : Wikipedia)

Dari masa-kemasa produktifitas musik di Banyuwangi kian modern dan semakin menunjukkan eksistensinya dalam mengembangakan cultur dan budayanya. Banyak aneka genre musik yang disuguhkan. Mulai dari musik etnik, disko, kendang kempul, remix, dan koplo. Juga dengan seiring berkembangnya jaman Banyuwangi juga meluncurkan banyak artis dan aktor yang sedari generasi ke generasi semakin menunjukkan eksistensinya.

Berbagai media publishing, record, juga dance semakin hari semakin menunjukkan beragam kreasi juga kreatifnya. Dan ini membuat Banyuwangi sebagai salah satu pelopor musik yang sangat di hormati di Jawa Timur.

Musik di Kabupaten Banyuwangi berkembang semakin eksis dan dinamis di tahun 1955 dengan berdirinya sanggar-sanggar kesenian yang didukung oleh LEKRA ( LEmbaga Kesenian Rakyat ) yang merupakan organisasi seni dibawah/underbow Partai Komunis Indonesia. Bahkan lagu “genjer-genjer” yang identik dengan gerakan PKI 1965 adalah ciptaan seniman Banyuwangi bernama Mohammad Arief yang syairnya bercerita tentang penderitaan warga sekitar saat dijajah oleh pasukan Jepang.

Pada periode 1966-1973 musik Banyuwangi sempat mati suri, karena adanya anggapan bahwa kesenian ini berbau PKI. Pada tahun 1973 musik Banyuwangi kembali muncul dan sejak itu lebih dikenal dengan nama musik Kendang Kempul. Penyebutan musik kendang kempul karena waktu itu alat musik yang menonjol saat digunakan untuk mengiring penyanyinya bernyanyi adalah alat musik kendang, Kempul dan suling. Tokoh yang kembali memperkenalkan/mempopulerkan kendang kempul adalah Sutrisno. (Sumber : Musik Mania)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Banyuwangi Bersuara -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -